Keris Betok sajen kabudan untuk pusaka tindih./ estimasi Majapahit
Status keris : seken/ blm diwarangi/ masih asli spt hasil temuan/ tdk ada warangka
Rp 1.800.000 / nego
UH-12022014
Guna pusaka tindih/ filosofi sepuh/ tanjeg:
* Jika ada yang punya keris warisan dan tidak tahu sama sekali bagaimana handlingnya, lalu takut kena imbas negatif hawa pusaka warisan tsb spt jadi pemarah, panasan, sakit, anak sulit diatur, istri isinya ngomel saja, merasa sial melulu hidupnya untuk alasan yang ajaib, dll.. maka gunanya pusaka tindih seperti ini adalah meredam keganasan pusaka lain yang dianggap jelek pengaruhnya. Manusia modern biasanya mmg tidak tahu banyak bagaimana memegang pusaka tua milik orang tuanya, dan keyakinan tua menyarankan memakai jenis pusaka ini utk memudahkan dikendalikan saja.
* Keris jaman Budha atau disebut "keris kabudan" adalah keluar jaman dimana keris tertua di Nusantara pertama kali lahir yakni skt abad 6 dan 9 Masehi . Dia dituakan karena keluar lebih dulu, belum pakai pamor
indah, masih sangat primitif bentuknya. Karena usianya lebih tua maka dia punya wibawa lebih kencang dibanding pusaka adik adiknya yg keluar di abad berikutnya, wibawa kuat keris kabudan membuat keris muda lainnya kalah atau dengan kata lain efek negatif pusaka muda bisa di "tindih" oleh pusaka yg usianya lebih tua, diredam ekses jeleknya.
* Dipercaya, pusaka kabudan sering dipakai menetralisir beberapa spot yang angker atau dicurigai ada pusaka didalam tanah. Ada yg percaya, jika ada pohon angker mau ditebang susah, maka pukulkan senjata era kabudhan 3 x dipohon itu lalu ditebang.
* Serpihan besi kabudhan yg sepuh saja ada yang percaya mempunyai tuah keras. Misal sisa protolan kayu dan pecahan pesi pusaka (pesi = gagang besi pegangan) bisa dipakai buat menangkal panasnya pusaka muda lain, atau dipakai sebagai syarat untuk pesugihan.
Penjelasan diatas menurut kepercayaan tua mengenai jenis pusaka kabudan.
Catatan kaki:
Tangguh suatu jaman ditentukan berdasarkan ciri-ciri khusus keris buatan jaman itu yaitu ciri rata-rata buatan empu di jaman tersebut. Karena di jaman itu hidup berpuluh-puluh empu pembuat keris tentu saja juga banyak ragam gaya pembuatannya. Namun dapat diperkirakan sebagian besar para empu akan meniru buatan empu yang menonjol di jamannya dengan ciri-ciri khasnya. Lebih-lebih empu yang menonjol ini hidup sebagai hamba raja, hasil buatannya tentu prima.
Dalam buku-buku lama tentang keris, seperti karya Ranggawarsita dan karya penulis dalam manuskrip yang tersimpan di Puro Mangkunegaran disebutkan ciri-ciri Tangguh dari jaman ke jaman mulai jaman Kedewatan sampai jaman kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Namun dari kesemuanya itu tidak ada yang menyebut angka tahun apalagi lamanya jaman itu. Haryono Haryoguritno dalam makalahnya yang dibacakan didepan "Metafisika Study Club" Jakarta pada 17 September 2000 membuat tabel tangguh-tangguh berikut lama usianya.
KATEGORI TANGGUH PERKIRAAN JAMAN
(tahun Masehi)
Kadewatan abad 4 - 5 M
Purwacarita abad 6 - 7 M
Budha abad 8 -9 M
Jenggala, Segaluh abad 9 - 12 M
Pajajaran abad 10 - 12 M
Singasari abad 13 M
Majapahit , Blambangan, Tuban, Sedayu abad 14 - 15 M
Pajang, Pengging, Madura abad 16 M
Mataram
a. Panembahan Senapati abad 16 M
b. Sultan Agung Hanyakrakusuma abad 17 M
c. Amangkurat Agung (Pleret, Kartasura). abad 18 - 19 M
Surakarta, Yogyakarta abad 18 - 20 M
Status keris : seken/ blm diwarangi/ masih asli spt hasil temuan/ tdk ada warangka
Rp 1.800.000 / nego
UH-12022014
Guna pusaka tindih/ filosofi sepuh/ tanjeg:
* Jika ada yang punya keris warisan dan tidak tahu sama sekali bagaimana handlingnya, lalu takut kena imbas negatif hawa pusaka warisan tsb spt jadi pemarah, panasan, sakit, anak sulit diatur, istri isinya ngomel saja, merasa sial melulu hidupnya untuk alasan yang ajaib, dll.. maka gunanya pusaka tindih seperti ini adalah meredam keganasan pusaka lain yang dianggap jelek pengaruhnya. Manusia modern biasanya mmg tidak tahu banyak bagaimana memegang pusaka tua milik orang tuanya, dan keyakinan tua menyarankan memakai jenis pusaka ini utk memudahkan dikendalikan saja.
* Keris jaman Budha atau disebut "keris kabudan" adalah keluar jaman dimana keris tertua di Nusantara pertama kali lahir yakni skt abad 6 dan 9 Masehi . Dia dituakan karena keluar lebih dulu, belum pakai pamor
* Dipercaya, pusaka kabudan sering dipakai menetralisir beberapa spot yang angker atau dicurigai ada pusaka didalam tanah. Ada yg percaya, jika ada pohon angker mau ditebang susah, maka pukulkan senjata era kabudhan 3 x dipohon itu lalu ditebang.
* Serpihan besi kabudhan yg sepuh saja ada yang percaya mempunyai tuah keras. Misal sisa protolan kayu dan pecahan pesi pusaka (pesi = gagang besi pegangan) bisa dipakai buat menangkal panasnya pusaka muda lain, atau dipakai sebagai syarat untuk pesugihan.
Penjelasan diatas menurut kepercayaan tua mengenai jenis pusaka kabudan.
Catatan kaki:
Tangguh suatu jaman ditentukan berdasarkan ciri-ciri khusus keris buatan jaman itu yaitu ciri rata-rata buatan empu di jaman tersebut. Karena di jaman itu hidup berpuluh-puluh empu pembuat keris tentu saja juga banyak ragam gaya pembuatannya. Namun dapat diperkirakan sebagian besar para empu akan meniru buatan empu yang menonjol di jamannya dengan ciri-ciri khasnya. Lebih-lebih empu yang menonjol ini hidup sebagai hamba raja, hasil buatannya tentu prima.
Dalam buku-buku lama tentang keris, seperti karya Ranggawarsita dan karya penulis dalam manuskrip yang tersimpan di Puro Mangkunegaran disebutkan ciri-ciri Tangguh dari jaman ke jaman mulai jaman Kedewatan sampai jaman kerajaan Surakarta dan Yogyakarta. Namun dari kesemuanya itu tidak ada yang menyebut angka tahun apalagi lamanya jaman itu. Haryono Haryoguritno dalam makalahnya yang dibacakan didepan "Metafisika Study Club" Jakarta pada 17 September 2000 membuat tabel tangguh-tangguh berikut lama usianya.
KATEGORI TANGGUH PERKIRAAN JAMAN
(tahun Masehi)
Kadewatan abad 4 - 5 M
Purwacarita abad 6 - 7 M
Budha abad 8 -9 M
Jenggala, Segaluh abad 9 - 12 M
Pajajaran abad 10 - 12 M
Singasari abad 13 M
Majapahit , Blambangan, Tuban, Sedayu abad 14 - 15 M
Pajang, Pengging, Madura abad 16 M
Mataram
a. Panembahan Senapati abad 16 M
b. Sultan Agung Hanyakrakusuma abad 17 M
c. Amangkurat Agung (Pleret, Kartasura). abad 18 - 19 M
Surakarta, Yogyakarta abad 18 - 20 M
Wow!
ReplyDelete